Mengukur Peluang Persebaya Menjadi Tuan Rumah Delapan Besar
Harus Juara Grup dan Persikab Tidak Lolos
Tiket Indonesia Super League (ISL) musim depan menjadi target utama Persebaya Surabaya musim ini. Jalan untuk meraihnya kini pun terbentang lebar bagi Green Force-julukan Persebaya. Sebab, Persebaya sudah memastikan diri di babak delapan besar Divisi Utama musim ini.
Itu artinya, Persebaya tinggal butuh setidaknya tiga kemenangan untuk memastikan satu tempat di ISL musim depan. Dua kemenangan di delapan besar serta satu kemenangan di partai semifinal. ISL musim depan menyediakan tiga tiket langsung bagi penghuni Divisi Utama.
Meski menyadari bahwa jalan menuju ISL tinggal sedepak lagi, namun Persebaya sepertinya tidak mau terlalu jumawa. Itu terlihat dari keputusan mereka mengajukan diri sebagai tuan rumah delapan besar. Persebaya menyakini bahwa dengan menjadi tuan rumah delapan besar, maka jalan ke ISL musim depan bakal semakin mudah.
Karena itu, mereka sampai berani jor-joran agar terpilih sebagai tuan rumah. Seperti siap menanggung akomodasi dan transportasi lokal tim tamu. Bahkan, Persebaya menyediakan match fee Rp 25 juta di setiap pertandingan.
Akankah Persebaya terpilih sebagai salah satu tuan rumah delapan besar? Jawabannya baru akan diketahui 11 Mei. Kendati jawaban baru bisa dilihat 11 Mei, namun tidak ada salahnya kita mengukur terlebih dulu peluang Persebaya.
Bagi saya, Persebaya sejatinya memiliki peluang besar. Sebab, mereka punya potensi besar dalam hal antusiasme penonton dibanding tiga rivalnya. Tiga rival Persebaya adalah Persema Malang, Persisam Samarinda, dan Persikab Kabupaten Bandung. Namun, seiring situasi yang terjadi Rabu (6/5) lalu, kini peluang Persebaya menjadi menipis. Bahkan, boleh dibilang jalan Persebaya cukup terjal.
Kenapa begitu? Situasi itu bukan semata karena kekalahan 1-2 dari Gresik United (GU) pada Rabu lalu. Juga bukan hanya lantaran kemenangan telak 4-0 yang dipetik Persema atas Persiba Bantul. Tapi, jalan sulit bagi Persebaya karena ulah anarkis pendukungnya yang akrab disebut Bonek pada Rabu lalu. Dimana, mereka berulah saat dan sesudah pertandingan GU kontra Persebaya di Gresik.
Sah-sah saja memang mereka kesal atas kepemimpinan wasit. Namun, kekesalan itu bukan berarti mereka dihalalkan melakukan tindak anarkis. Apalagi, sampai merusakan fasilitas umum, menjarah pertokoaan, hingga memukuli seorang jurnalis.
Nah, aksi anarkis Bonek itu jelas menjadi nilai negatif bagi Persebaya dalam usahanya menjadi tuan rumah delapan besar. BLI pun menilai seperti itu. Karena itu, posisi Persebaya menjadi cukup sulit. Kalaupun nanti Green Force menjuarai Wilayah Timur, tidak sertamerta mereka akan ditunjuk sebagai tuan rumah.
Memang, status juara grup menjadi salah satu parameter utama penentuan tuan rumah. Namun, hal itu jelas tidak berlaku bagi Persebaya karena ulah anarkis pendukungnya. Tentu ada kekhawatiran dari BLI untuk menunjuk mereka mengingat kerusuhan di Gresik Rabu lalu. BLI tentu ingin menjaga citra delapan besar dengan menjauhkannya dari anarkisme.
Hanya saja, mengecilnya peluang itu, bukan berarti kans Persebaya tertutup rapat. Masih ada celah bagi Persebaya untuk menjadi tuan rumah. Syaratnya Persebaya harus menjuarai Wilayah Timur. Jangan ada pikiran menjadi runner up. Sebab, jika itu terjadi, maka Persebaya harus melakoni delapan besar di markas Persisam yang menjadi juara Wilayah Barat.
Untuk menjadi juara tentu mereka harus mengalahkan Persibo Bojonegoro Minggu besok. Tak sekedar menang tentunya. Persebaya harus menang telak. Sebab, jika tidak, maka Persema yang akan memuncaki klasemen Wilayah Timur.
Ingat, Persebaya kini hanya unggul dalam urusan tabungan gol. Persebaya memiliki tabungan empat gol lebih banyak dari Persema. Tapi, hal itu belum menjadi jaminan. Sebab, dipertandingan terakhir, Persema bertindak sebagai tuan rumah, sedang Persebaya bertamu ke Bojonegoro. Lawan Persema adalah PSIM Jogjakarta. Tim yang di laga sebelumnya dibantai Persekabpas Pasuruan 1-6.
Karena itu, Persebaya harus memang menyakinkan dipertandingan terakhir. Menang besar dan juara grup juga belum cukup. Ada syarat lain. Yakni Persikab Bandung tidak lolos ke delapan besar. Jika Persikab lolos, mereka akan menempat urutan keempat Wilayah Barat dan satu grup dengan Persebaya di delapan besar. Kalau itu terjadi, maka tuan rumah akan jatuh ke tangan Persikab. Alasannya tentu saja anarkisme Bonek Rabu lalu.
Jadi, apa yang bisa dilakukan Persebaya agar Persikab gagal lolos? Persebaya harus berdoa agar Persikabo Bogor mampu menahan imbang Persibat Batang. Lebih mantap lagi, kalau Persikabo sukses mengalahkan Persibat di Batang. Dengan begitu, Persikabo yang lolos. Dan Persebaya tanpa pesaing untuk merebut satu jatah tuan rumah.
Agar Persikabo meraih sukses di Batang, mungkin Persebaya tak hanya perlu berdoa. Persebaya bisa memberi suntikan motivasi kepada Persikabo. Misalnya dengan memberi tambahan bonus kepada mereka bila memang. Saya yakin itu bakal semakin melipatkan semangat temput Persikabo. Toh, memberi stimulus untuk menang bukan hal negatif. Beda, dengan menyuap tim lain agar kalah. Persoalannya kini, Persebaya punya uang atau tidak?
Read More..
09 Mei 2009
Langganan:
Postingan (Atom)