19 Januari 2009

Merekalah yang bakal Terdegradasi

Suhu panas dipastikan tidak hanya tersaji dalam pertarungan merebut juara. Persaingan melepaskan diri dari jerat degradasi juga bakalan sengit. Sebab, selain ingin juara, setiap kontestan Indonesia Super League (ISL) 2008/2009 juga tidak ingin ”menikmati” panasnya kursi degradasi. Kendati begitu, diakhir musim nanti sudah pasti tiga tim harus rela turun kasta.

Selain itu, satu tim lainnya harus memainkan playoff dengan peringkat empat Divisi Utama. Pemenangnya akan tampil di ISL musim depan. Yang kalah tentu saja harus berkompetisi di Divisi Utama musim depan. Nah, siapa yang bakal menerima kenyataan pahit itu?

Delta Putra Sidoarjo (Deltras) jelas menjadi tim yang paling terancam. Pasalnya, mereka kini yang menghuni posisi buncit. Poin yang mereka kantongi juga baru sepuluh. ”Tapi, kami masih sangat optimis bisa lolos dari jerat degradasi,” tegas George Handiwiyanto, manajer Deltras.

Deltras-kata George-memiliki sejumlah alasan dengan optimismenya itu. Salah satunya adalah jatah partai kandang yang mencapai sembilan kali. Jumlah itu bisa membuat tim berjuluk The Lobster itu mendulang 27 poin, kalau mampu mengoptimalkannya. Jika poin itu mampu diraih, maka Deltras sudah bisa membukukan 37 angka.

”Kami sudah melakukan perombakan tim. Dengan komposisi baru ini, kami yakin lolos dari degradasi. Untuk itu, kami tidak hanya akan memaksimalkan partai kandang. Kami juga akan merebut 40 persen pertandingan tandang,” papar George.

Di samping Deltras, bayang-bayang degradasi juga menghantui enam tim lainnya. Sebut saja seperti PSMS Medan, Persita Tangerang, PSIS Semarang, Persitara Jakarta Utara, Persiba Balikpapan, dan PKT Bontang. Mereka itulah yang hingga akhir putaran pertama menghuni papan bawah.


Namun dari daftar itu, beban berat ada di empat tim yakni PSMS, PSIS, Persita, dan Persitara. PSMS memang memiliki sembilan partai kandang. Tapi, Ayam Kinantan-julukan PSMS-harus berbagi konsentrasi di tiga kompetisi. Selain ISL juga ada kompetisi di level Asia dan Copa Indonesia. PSMS juga masih harus melakoni partai kandang di luar Medan.

Untuk putaran kedua, PSMS telah mengajukkan Stadion Siliwangi, Bandung sebagai kandangnya. Dan itu sama artinya mereka tampil di luar kandang dan jauh dari suporternya. Kondisi yang sama juga dialami Persita. Mereka harus tampil di luar Tangerang. ”Kami sudah terbiasa dengan itu. Karena itu, kami yakin minimal bisa mendulang 41 poin dan menempatkan diri di posisi 14,” sebut Zaenal Abidin, pelatih Persita.

Bagaimana dengan PSIS? Diantara kompetitornya, PSIS memiliki laga kandang paling sedikit yakni delapan. Dengan delapan laga kandang, maka mereka hanya bisa menambah 24 poin. Dan hal itu sendiri sulit diwujudkan. Sebab, di putaran pertama saja, mereka hanya bisa menang di tiga kali di kandang sendiri.

Sementara Persitara sedikit lebih aman. Mereka memiliki sembilan laga kandang. Jika mampu mengoptimalkan, maka 27 poin bisa didapatkan. Dan itu berarti mereka bisa menutup kompetisi dengan raihan 41 poin. ”Saya pikir jumlah itu sudah cukup untuk lolos dari degradasi. Karena itu, kami akan konsentrasi penuh mengamankan sembilan pertandingan kandang kami,” kata Harry ”Gendhar” Ruswanto, manajer Persitara.
Read More..

Siapa yang Mengangkat Tropi di Edisi Perdana ISL

Persipura-Persija yang Terdepan

Pertarungan di Indonesia Super League (ISL) 2008/2009 akan kembali tersaji. Akhir pekan ini putaran kedua ISL musim ini dimulai. Dan 13 Juni 2009 akan menjadi babak akhirnya. Siapa yang bakal tertawa dan berduka di akhir musim ISL edisi perdana ini?

Bukan bermaksud mengesampingkan pentingnya degrdasi. Tapi, untuk yang pertama, kita mencoba dulu menakar tim mana saja yang bakal bertahta di ISL edisi perdana ini. Memang bicara degradasi bukanlah hal tabu dalam sebuah kompetisi sepak bola. Sebab, degrdasi juga merupakan salah satu esensi kompetisi. Namun, umumnya kan lebih dulu menakar calon juara, bukan memprediksi tim yang akan degrdasi.

Lantas siapa yang bakal bertahta di akhir kompetisi nanti? Secara kasat mata, tentu lima tim teratas di klasemen akhir putaran pertama lalu yang berpeluang menjadi juara. Mereka antara lain Persipura Jayapura, Persija Jakarta, Persiwa Wamena, Sriwijaya FC Palembang, dan Persib Bandung.

Mereka punya modal lebih dibanding kontestan lainnya. Modal itu tidak lain adalah raihan poin yang telah melebihi angka 30. Donasi itu jelas menjadi jaminan. Apalagi, di putaran kedua, mereka masih memiliki delapan hingga sembilan partai kandang. Seperti diketahui, laga kandang selalu menjadi lumbung poin. Dan di atas kertas, mereka pasti bisa memaksimalkan pertandingan kandang tersebut.

Jadi, sepertinya sulit bagi kontestan lainnya mengejar kelimanya. Apalagi, mereka bukan saja bermodal poin di atas 30 serta sisa laga kandang yang cukup banyak. Namun, kelimanya juga didukung materi pemain yang komplit, Persiwa menjadi pengecualian. Mereka dihuni pemain-pemain dengan kualitas nomor wahid untuk ukuran sepak bola Indonesia. Dari posisi kiper hingga barisan penyerangan. Jadi, merekalah yang paling berpotensi mengakhiri kompetisi sebagai jawara.

Kendati begitu, kita tetap patut bertanya. Benarkah mereka yang paling berpeluang menjadi juara? Untuk itu tentu harus dihitung dan dicermati kelebihan dan kekurangan kelima tim tersebut.

Dimulai dari Persipura. Di putaran pertama mereka telah mengemas 39 poin. Di putaran kedua nanti Mutiara Hitam-julukan Persipura-setidaknya punya dua keuntungan. Persipura memiliki delapan laga kandang, dimana empat diantaranya dimainkan secara beruntun. Mereka juga memainkan partai terakhir di kandang.

Jika keuntungan tersebut bisa dimaksimalkan, maka Persipura bisa mendulang 24 poin. Dengan tambahan itu anak-anak Mandala itu bisa mengepak 63 poin. ”Tapi kami memiliki beban berat harus mengawali putaran kedua dengan lima partai away. Kami harus cerdik mengatur strategi agar tidak drop,” sebut Jacksen F Tiago, arsitek Persipura.

Lalu Persija. Macan Kemayoran-julukan Persija-mengarungi putaran kedua bermodal 35 poin. Di putaran kedua, Persija mendapat jatah sembilan laga kandang. Tiga diantaranya bakal dijalankan secara beruntun. Di akhir kompetisi, Persija juga bertindak sebagai tuan rumah. Kalau itu bisa dioptimalkan, 27 poin bisa direngkuh Persija. Jika ditambah dengan poin putaran pertama, maka Persija mampu mengemas 62 angka.

”Kalau mau juara, keuntungan itu harus kami optimalkan. Kami juga harus mampu mengulang sukses memenangi pertandingan di luar kandang,” tegas Danurwindo. Persija punya modal untuk itu. Di putaran pertama, mereka sukses merebut empat kemenangan di kandang lawan. Bahkan, dua kemenangan direngkuh di kandang ”macan”. Yakni di markas Persib dan Sriwijaya FC. Hanya saja, di putaran kedua, dari delapan laga tandang Persija, empat harus dilakoni secara beruntun.

Lantas Persiwa. Kini mereka memiliki poin sama dengan Persija, 35. Di putaran kedua, Persiwa juga mendapat kuota sembilan partai kandang. Sama halnya dengan Persija, jika Persiwa mampu mengoptimalkan, maka 62 poin akan mereka raup. Sayang, Badai Pegunungan Tengah-julukan Persiwa-harus mengawali putaran kedua dengan empat pertandingan away.

Di sisi lain, Persiwa sepertinya tidak bakal mau menjadi juara. Mengapa begitu? Sebab, jika juara, konsekuensi yang mereka tangguh sangat berat. Ingat juara ISL akan tampil di Liga Champions Asia (LCA). Nah, jika Persiwa sampai juara, maka mereka harus melakukan perombakan stadion agar layak untuk LCA. Dan itu tentu merogok kocek yang sangat dalam. Sebab, harga bahan bangunan sangat mahal di Wamena. Di sisi lain, mereka juga harus menyiapkan dana besar untuk bertarung di LCA dan juga kompetisi nasional. Jadi, Persiwa besar kemungkinannya akan melepas kans juara. ”Hal terpenting dan paling utama bagi Persiwa adalah memberi hiburan untuk masyarakat Wamena. Itu sudah cukup,” aku Agus Santoso, sekretaris Persiwa.

Berikutnya adalah Sriwijaya FC dan Persib. Beban keduanya di putaran kedua jauh lebih berat dibanding tiga rivalnya. Sriwijaya FC misalnya. Mereka hanya memiliki delapan laga kandang. Sembilan lainnya adalah pertandingan tandang. Beratnya, lima diantaranya harus dijalani Laskar Wong Kito-julukan Sriwijaya FC-secara beruntun di akhir kompetisi. Hanya mengandalkan laga kandang, Sriwijaya FC hanya akan mendapatkan 57 poin.

Memang Sriwijaya FC memiliki keuntungan mengawali putaran kedua dengan empat pertandingan kandang. Namun, Rahmad Darmawan dan anak asuhnya harus membagi konsentrasi dan tenaganya untuk tampil di ajang sekaligus. Mereka harus bertarung di Liga Champion Asia (LCA). Sriwijaya FC juga harus tampil di Copa Indonesia. Dan tentu saja di ISL.

Bagaimana dengan Persib? Mereka dituntut mendulang poin lebih ekstra dibanding empat tim di atasnya. Sebab, Persib baru mempunyai 31 poin. Yang menyulitkan, jatah kandang mereka hanya delapan. Maung Bandung-julukan Persib-justru harus main di luar kandang sembilan kali. Lima diantaranya harus dihadapi Persib secara beruntun. Bahkan, Persib harus menutup pertandingannya di kandang musuh bebuyutannya, Persija.

”Melihat fakta yang ada di depan, Persipura dan Persija yang berada digaris terdepan perebutan juara,” prediksi Junaidi, pelatih Persijap Jepara.
Anda setuju dengan prediksi Junaidi? Semua terserah Anda. Yang pasti mari kita nikmati bersama pertarungan klub-klub ISL mulai pekan depan.
Read More..