21 September 2017

Dosa Bersama Itu Dipikulnya Sendiri Sepanjang Hayat

Mursyid Effendi tak akan pernah meninggalkan sepak bola. Hatinya berada di sana dan akan tetap ada di sana. Selamanya. Sepak bola sudah menjadi hidupnya. Dan lapangan sepak bola telah menjadi rumahnya. ”Saya akan tetap di sini (sepak bola),” katanya dengan nada berat saat kami bertemu pekan lalu di Gelora Bung Tomo, Surabaya.

Dan kalimat Mursyid itu melemparkan saya pada kenangan sepuluh tahun silam di Mes Persebaya. Ya, sepuluh tahun silam, Mursyid pernah melontarkan kalimat serupa dan intonasinya sama persis dengan yang saya dengar di Gelora Bung Tomo itu.

Kala itu, Mursyid baru saja keluar dari ruang ketua umum Persebaya. Di tangan kanannya tergenggam ampol berwarna putih. Isinya: surat pemberhentian dirinya sebagai pemain Persebaya setelah 13 tahun berkostum kesebelasan kebanggaan masyarakat Surabaya itu. Kesebelasan yang juga begitu dicintai Mursyid.

”Saya tidak akan kemana-mana. Saya akan tetap di sini, di sepak bola,” ucapnya seraya menyandarkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tengah lantai 1 Mes Persebaya. ”Mungkin saya akan main sebentar sebelum gantung sepatu,” imbuhnya lalu hening. Read More..

04 April 2017

Liga Gojek

Dalam bahasa Jawa, gojek itu memiliki arti yang sama dengan guyon. Dan yang namanya guyon itu menyenangkan. Menyegarkan. Bisa mengendurkan ketegangan. Tidak jarang pula, dari guyonan lahir ide-ide segar.

Tapi, kalau guyonnya berlebihan tentu tidak baik. Sama halnya dengan segala sesuatu yang berlebihan. Bisa-bisa guyonan itu malah memicu ketegangan. Berpotensi memercikkan api perselisihan. Juga bisa melahirkan masalah.

Seperti itu juga kompetisi sepak bola Indonesia. PSSI tampak berlebihan memaknai titel liga yang digulirkannya. Induk organisasi sepak bola nasional itu terlalu gojekan dalam membuat regulasi.

Kompetisi kali ini pun berpotensi melahirkan para pemalas sekaligus membunuh harapan hidup banyak orang. Liga Indonesia musim ini terancam tidak kompetitif. Mengabaikan kesehatan finansial klub dan tak ramah kepada suporter.

Guyonan PSSI yang berlebihan ini juga melahirkan regulasi yang kontradiktif dan tentu saja menabrak aturan federasi sepak bola dunia yang selama ini diagung-agungkan PSSI.

Tak percaya? Tentu Anda tak seharusnya percaya kepada saya. Lha saya ini siapa kok mau dipercaya. Saya ini hanya penonton biasa. Nendang bola saja nggak becus. Lagipula, kompetisinya juga belum bergulir, belum jalan.

Tulisan ini merupakan usaha agar tidak dinilai menuduh. Read More..