Mursyid Effendi tak akan pernah meninggalkan sepak bola. Hatinya berada di sana dan akan tetap ada di sana. Selamanya. Sepak bola sudah menjadi hidupnya. Dan lapangan sepak bola telah menjadi rumahnya. ”Saya akan tetap di sini (sepak bola),” katanya dengan nada berat saat kami bertemu pekan lalu di Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Dan kalimat Mursyid itu melemparkan saya pada kenangan sepuluh tahun silam di Mes Persebaya. Ya, sepuluh tahun silam, Mursyid pernah melontarkan kalimat serupa dan intonasinya sama persis dengan yang saya dengar di Gelora Bung Tomo itu.
Kala itu, Mursyid baru saja keluar dari ruang ketua umum Persebaya. Di tangan kanannya tergenggam ampol berwarna putih. Isinya: surat pemberhentian dirinya sebagai pemain Persebaya setelah 13 tahun berkostum kesebelasan kebanggaan masyarakat Surabaya itu. Kesebelasan yang juga begitu dicintai Mursyid.
”Saya tidak akan kemana-mana. Saya akan tetap di sini, di sepak bola,” ucapnya seraya menyandarkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tengah lantai 1 Mes Persebaya. ”Mungkin saya akan main sebentar sebelum gantung sepatu,” imbuhnya lalu hening.
Read More..
21 September 2017
Langganan:
Postingan (Atom)