Untuk 84 Tahun PSSI
Menyaksikan Andik Vermasyah dan Taufik bermain tak ubahnya menyangsikan akal sehat PSSI. Betapa tidak, disaat otoritas sepak bola nasional itu tidak mengakui klub asal mereka-Persebaya (1927) Surabaya-,pada waktu bersamaan PSSI menerbitkan izin bermain untuk keduanya.
Andik memang tidak bermain di liga Indonesia musim ini. Arek Surabaya kelahiran Jember itu kini merumput di Malaysia dan berkostum Selangor FC. Urusan terbitnya izin bermain Andik memang menjadi domain federasi sepak bola Malaysia, FAM. Tapi, PSSI tetap memilik andil terkait terbitnya izin tersebut.
Sebagai pemain baru dari negara asing, tentu Andik harus menyertakan international transfer certificate (ITC) untuk bisa berlaga di Malaysia. Disini peran PSSI. Merekalah yang memiliki kewenangan menerbitkannya. Disini pula akal sehat PSSI dipertanyakan.
Bagaimana mekanisme yang dijalankan PSSI untuk menerbitkan ITC tersebut sehingga Andik bisa merumput di Malaysia? Sebab, PSSI sudah menegaskan tak mengakui Persebaya. Padahal, musim sebelumnya Andik berseragam Persebaya.
Lazimnya, ITC yang dikantongi Andik tersebut harus mencantumkan nama Persebaya untuk bisa menyeberang ke negara tetangga. Tentu pula, tanda tangan manajemen Green Force-julukan Persebaya-dibubuhkan dalam terbitnya ITC tersebut. Tanpa itu jelas pemain bertubuh mungil tersebut tak memiliki ITC.
Lantas kalau Persebaya tak diakui, klub mana yang melepaskan Andik sampai akhirnya ITC tersebut disetujui PSSI. Jangan-jangan PSSI tetap mencantumkan nama Persebaya. Atau jangan-jangan PSSI menggunakan tangan besinya dan meminjam nama klub lain di luar tim asal Andik.
Dan Andik tidak sendirian merumput di Malaysia. Rekan satu timnya di Persebaya, Mario Karlovic juga berpeluh di liga tepi Selat Malaka tersebut. Pria Australia itu berkostum Trengganu FC. Seperti halnya Andik, Karlovic juga harus menyertakan ITC untuk mendapatkan izin bertanding. Sama halnya dengan Andik, klub mana yang dicantumkan dalam terbitnya ITC Karlovic itu
Sebuah tanda tanya yang tentu jawaban ada di PSSI. Tapi, jawaban itu juga bisa dibaca dari Selanggor dan Trengganu. Dan tentu saja FAM. ITC itu terbit atas nama klub mana. Kalau memang Persebaya tak diakui, jelas keabsahannya bisa dipertanyakan rival-rival kedua klub tersebut.
Perkara Titus Bonai bisa jadi contoh. Tibo-begitu Titus Bonai biasa disapa-harus angkat koper dari Thailand lantaran bermasalah dengan ITC saat bergabung dengan BEC Tero. Persipura Jayapura, klub yang memiliki Tibo, merasa tak perlu mengeluarkan izin. Usut punya usut, ternyata orang PSSI ketika itu menggunakan nama klub lain untuk menerbitkan ITC Tibo.
BEC Tero pun membatalkan kesepakatan yang sudah terlanjur ditanda tangani. Mereka tak ingin mendapat masalah dengan keabsahan ITC pemain asal Papua tersebut. Tibo sendiri harus kembali ke tanah air dan mengubur mimpinya bermain di liga luar negeri.
Pertanyaan tentang itu bukan saja pantas diajukan untuk mekanisme terbitnya ITC Andik. Merumputnya Taufik bersama Persib Bandung pun setali tiga uang. Taufik sebelumnya juga berseragam hijau-hijau Persebaya. Sesuai manual liga, seharusnya nama klub asal tercantum saat proses pendaftaran pemain asal Tarakan, Kalimatan Utara itu.
Keharusan tersebut untuk meminimalisir masalah klaim kepemilikan pemain. Tapi, benarkah tertera nama Persebaya ketika Persib mendaftarkan Taufik? Sehingga, Taufik pun mendapat izin untuk berlaga dengan Maung Bandung-Persib. Atau jangan-jangan Taufik dianggap pemain amatir karena dinilai tidak memiliki klub asal.
Kalau benar seperti itu jelas ada proses alih status ke profesional. Lagi-lagi itupun sejatinya harus diketahui asal muasal pemain tersebut. Tapi, sekali lagi, jawabannya ada di PSSI. Dan seperti halnya Andik, Taufik pun tidak berlari sendirian di lapangan yang memanggungkan kompetisi Indonesia Super League (ISL).
Rekan-rekannya di Persebaya juga banyak yang merumput di ISL. Rendy Irwan salah satunya. Gelandang mungil hasil binaan Mitra Surabaya tersebut saat ini membela panji Persik Kediri. Feri Ariawan dan Jusmadi menjadi nama lainnya. Keduanya kini berseragam Persela Lamongan. Deretan nama lain seperti Fernando Soler dan Aris Alfiansyah memperkuat Persiba Balikpapan, sedang di Persiba Bantul ada nama Aulia Ardi.
Entah mekanisme apa yang dijalankan PSSI hingga mereka semua mendapat izin bermain ketika tim asalnya tak diakui. Kemungkinannya orang-orang yang duduk di pintu Senayan itu sebenarnya masih menyayangi Persebaya. Hanya saja, mereka memilih menanggalkan akal sehatnya.
Lekas sehat PSSI, lekas memberi prestasi untuk masyarakat, bukan melempar polemik.
20 April 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar