09 November 2008
Pergi Membawa Mimpi (seri pita hitam)
Impian Ronny Pattinasarany harus pupus sebelum dimulai. Rencana legenda sepak bola Indonesia itu untuk membuat buku kedua urung teralisasi. Pasalnya, sebelum buku itu ditulis, Ronny sudah lebih dulu berpulang. ”Papa berencana membuat buku tentang pengalaman dan perjalanan hidupnya. Tapi, Tuhan ternyata berkehendak lain,” ungkap anak kedua Ronny, Hendry Jacques Pattinasarany atau yang akrab disapa Yerry.
Ya, siang itu Jumat 19 September 2008 sekitar pukul 13.30 WIB, Ronny tutup usia. Pemain tim nasional sepak bola Indonesia di era 70 hingga 80-an itu menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Omni Medical Center, Jakarta Timur. Ronny meninggal dalam usia 59 tahun dan meninggalkan satu orang istri dan tiga orang anak.
Pria asal Makassar tersebut berpulang setelah bergelut lama dengan kanker. Pada akhir tahun lalu, Ronny divonis mengidap kanker pankreas. Dia pun harus menjalani perawatan di Guangzhou, Tiongkok. Meski sudah berobat ke Tiongkok, kesehatan Ronny tak juga membaik. Hal itu lantaran kanker yang menyerangnya sudah menjalar ke beberapa bagian lain tubuhnya.
Mula-mula menjalar ke liver. Kemudian merambah ke tulang belakang serta paru-paru Ronny. Akhir Agutus lalu, Ronny memutuskan kembali ke tanah air. Tapi, tak lama menghirup udara di luar rumah sakit, mantan pelatih Petrokimia Gresik itu harus kembali dilarikan ke rumah sakit pada Selasa16 September.
Setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Omni Medica Center, nyawa Ronny akhirnya tidak tertolong lagi. ”Kami ikhlas melepas kepergiannya. Kami akan selalu mengingat Papa sebagai pahlawan keluarga kami,” ujar Yerry.
Ronny memang pahlawan bagi keluarga. Utamanya bagi Yerry dan sang kakak Robenno Pattrick Pattinasarany (Benny). Selama bertahun-tahun, Ronny berjuang untuk melepaskan kedua putranya itu dari jeratan narkoba. Waktu, tenaga, dan juga materi semua dicurahkan Ronny untuk menyembuhkan Benny dan Yerry. Bahkan, kursi pelatih Petrokimia pun harus ditinggalkan demi buah hatinya tersebut.
Perjuangan tak kenal lelah itupun membuahkan hasil. Kedua anaknya berhasil lepas dari ketergantungan narkoba. Perjalanan panjang menyelamatkan sang buah hatinya itu, lalu dituangkannya dalam sebuah buku berjudul Dan, Kedua Anakku Sembuh dari Ketergantungan Narkoba, yang terbit 2006 lalu.
”Atas nama pribadi dan Badan Tim Nasional (BTN), kami mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya,” ujar Rahim Soekasah, ketua BTN. Sebelum berpulang, Ronny masih tercatat sebagai anggota tim monitoring BTN. Di tempat itu Ronny bekerja dengan Risdianto. Sebelumnya, Ronny juga bekerja bersama dengan Iswadi Idris. Namun, Iswadi harus mengakhiri tugasnya pada 11 Juli 2008 lalu karena meninggal dunia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar