09 November 2008

Dokter Pencetak Bintang Lapangan Hijau


Mengenang Endang Witarsa (seri pita hitam)

Tessa, cucu Endang Witarsa, tak bisa menahan tangis. Masih segar terekam dalam benaknya bagaimana ”bandelnya” sang kakek selama tiga minggu dirawat di rumah sakit baru-baru ini. ”Selama di rumah sakit, yang diomongin sepak bola melulu. Siapa saja yang menjaga atau menjenguk, harus siap diajak ngomong bola,” kenang Tessa.

2 April silam, sekitar pukul 04.30 WIB, kakek yang ”bandel” itu harus mengakhiri pertautannya dengan sepak bola. Endang Witarsa harus tutup usia jelang ulang tahunnya ke-92 pada 4 Oktober akibat komplikasi penyakit. Mantan pelatih Warna Agung di era Galatama yang juga menyandang gelar dokter gigi itu meninggalkan 4 anak, 12 cucu, dan 7 cicit.  ”Hidupnya memang (didedikasikan) untuk sepak bola. saya angkat topi untuk totalitasnya di sepak bola. Sebagai seorang muridnya, saya tentu kehilangan atas kepergian beliau,” ujar Benny Dollo, pelatih tim nasional Indonesia.

Memang, tak hanya keluarga yang ditinggalkan pria kelahiran Kebumen tersebut. Endang Witarsa juga mewariskan begitu banyak pemain hebat untuk persepak bolaam tanah air, hasil pengabdian panjangnya sebagai pelatih.

Pengabdiannya bahkan terus dijalankannya hingga menjelang tutup usia. Dia dengan melatih tekun Union Makes Strength (UMS) di Lapangan Petak Sinkian, Jakarta. Diantara muridnya ada nama-nama kondang macam Iswadi Idris, Ronny Pattinasarani, Yudo Hadianto, atau Widodo Cahyono Putro. Dua nama yang disebut diawal telah berpulang tahun ini.

Endang Witarsa meninggal di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta. Dia dikebumikan di San Diego Hill, Karawang, Jawa Barat. Di dalam peti, di sisi kanan dan kiri jenazahnya diletakkan bola warna putih dengan garis hijau.

Itulah barangkali sedikit simbol yang mewakili kecintaan pelatih yang dikenal tegas dan disiplin tersebut di lapangan hijau. Kecintaan yang membuatnya berani menghadapi segala kesulitan. Baik itu kesulitan finansial, fasilitas, bahkan tubuh yang menua.

Bahkan, beberapa jam sebelum tutup usia, kecintaan itu masih ditunjukkannya. Bersama Tessa, Endang Witarsa menyaksikan dengan antusias pertandingan perempat final Liga Champions 2007/2008 antara AS Roma melawan Manshester United yang ditayangkan langsung salah satu stasiun televisi.

Selamat jalan, Dokter Sepak Bola. Terima kasih atas jasa-jasamu. Kami akan berusaha untuk terus menjaga nyala api pembangunan sepak bola Indonesia.





Tidak ada komentar: