Putaran kedua Indonesia Super League (ISL) 2008/2009 belum juga dijalankan. Namun, perubahan jadwal sudah terjadi. Perubahan itu tercatat sebagai perubahan yang ke 52 sepanjang musim ini. Dan lagi-lagi, klub, sponsor, dan ofisial patner kompetisi yang seharusnya diistimewakan kembali dijadikan korban.
”Apapun keputusan PSSI, yang jelas klub tetap dirugikan,” sebut Ferry Indrasjarief, asisten manajer Persija Jakarta. Kalimat itu terlontar lantaran keputusan kontroversi PSSI akan perjalanan putaran kedua ISL 2008/2009 dan pemusatan latihan tim nasional (Timnas) Indonesia.
Awal pekan lalu (23/12), PSSI mengeluarkan keputusan sulit untuk klub. Dimana, PSSI menegaskan bahwa putaran kedua ISL 2008/2009 berjalan sesuai jadwal yang dirilis 3 Desember 2008. Artinya, kompetisi bakal bergulir mulai 3 Januari 2009 dan berakhir 14 Juni 2009. Disisi lain, PSSI juga memutuskan bahwa pemusatan latihan Timnas berjalan terus dengan konsekuensi para pemainnya dilarang membela klub di kompetisi.
Kontan keputusan itu diprotes klub. Utamanya klub-klub yang menyumbang lebih dari dua pemain di Timnas. Sebut saja seperti Persija, Sriwijaya FC Palembang, atau Persib Bandung. Mereka keberatan harus berkompetisi tanpa beberapa pilarnya. Protes itu pun membuat PSSI berubah pikiran. Otoritas sepak bola Indonesia itu lantas meminta Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI) merevisi jadwal.
BLI pun merevisi jadwal. Terutama dua pertandingan setiap klub diawal putaran kedua yang dihelat dalam rentang waktu dari 3 hingga 12 Januari 2009.
Nah, keputusan PSSI merevisi jadwal itupun tetap memberatkan klub. Dengan revisi tersebut, klub dibayangi kerugian materi yang tidak kecil. Bahkan, bayang-bayang itu sudah menjadi kenyataan ketika revisi jadwal disampaikan BLI. Beberapa klub terpaksa membatalkan pemesanan tiket pesawat dan hotel untuk keperluan away awal Januari 2009.
Seperti dua tim Papua, Persipura Jayapura dan Persiwa Wamena yang seharusnya away ke Jakarta dan Lamongan. Atau dua tim dari bumi Kalimantan Timur, PKT Bontang dan Persiba Balikpapan.
Untuk keperluan away awal Januari, mereka sudah memesan tiket pesawat dan hotel pertengahan Desember ini. Lantaran ada revisi jadwal, pemesanan itu dibatalkan. Imbasnya, mereka pun harus membayar uang ganti rugi yang tidak kecil. Sebab, umumnya, pembatalan tiket pesawat dan hotel dikenai kompensasi pembatalan di atas 5 persen.
Kerugian klub bukan hanya berhenti pada pembatalan tersebut. Tapi, problem lebih besar adalah pembengkakan biaya akibat revisi tersebut. Jika sampai revisi ini membuat akhir kompetisi menjadi molor, maka setiap klub harus mengeluarkan biaya tambahan. Jumlahnya pun pasti tidak sedikit.
Persiba misalnya. Jika akhir kompetisi molor, maka tim berjuluk Beruang Madu itu harus menyiapkan tambahan uang tidak kurang dari Rp 600 juta. Uang tersebut untuk membayar gaji pemain serta membiayai akomodasi tim.
Kalaupun akhir kompetisi tidak molor, klub pun terkesan membuang sia-sia uangnya selama sebulan lantaran revisi jadwal. ”Pembuangan” itu terjadi di bulan Januari. Sebab, selama bulan Januari, para pemain seperti mamakan gaji buta yang harus dikeluarkan klub. Sebab, sudah waktunya pemain bertanding, justru mereka masih berkutat dalam latihan. Ingat, karena revisi jadwal kali ini, jeda kompetisi dari putaran satu ke putaran kedua lebih dari dua bulan. Jeda yang tentu tidak lazim. Umumnya, jeda kompetisi berkisar satu bulan.
Kerugian klub bukan saja soal materi. Tapi, karena revisi jadwal faktor teknis klub juga terganggu. Sebab, setiap pelatih harus mengubah program latihannya. Jika sebelumnya pemain sudah mulai disiapkan kembali berkompetisi pada 3 Januari 2009, mereka harus memutar otak kembali. Dimana, kondisi pemain dibuat siap berkompetisi sebulan kemudian.
Pekerjaan yang tidak mudah tentunya. Sebab, perubahan itu tidak sekedar menyangkut fisik dan strategi. Namun, juga menyentuh mental para pemain. Jelas sesuatu yang sulit bagi pelatih harus mengerem gelora bertandingan para pemain. Apalagi, menghentikannya ketika semangat itu sudah hampir mencapai puncak. Setelah itu, sebulan kemudian, para pelatih justru dituntut kembali menyalakan gelora tersebut. Jelas situasi yang sulit untuk dihadapi dan dipecahkan.
Klub bukan satu-satunya yang dirugikan. Sponsor kompetisi dan juga sponsor klub juga menjadi korban. Selain itu, offisial patner seperti Antv pun seperti dikorbankan. ”Sebab, setiap program acara, itu sudah dirancang sebulan sebelumnya,” ungkap Reva Dedy Utama, Head Of Sport Antv.
Bisa dibayangkan betapa beratnya kerja Reva dan krunya untuk menyiapkan program pengganti akibat revisi jadwal tersebut. Apalagi yang harus disiapkan durasinya tidak kurang dari 12 jam.
Ditengah situasi itu, mau tidak mau mereka juga harus berurusan dengan sponsor. Sebab, ketika program sudah disusun, sponsor sudah terlanjur masuk. Nah, dengan perubahan itu, maka mereka harus membayar kompensasi ke sponsor. Lagi-lagi jumlahnya pasti tidak kecil.
Jadi, seperti yang diutarakan Ferry, apapun keputusan PSSI, mereka yang harusnya diistimewakan justru dirugikan. Padahal, di era sepak bola profesional, seharusnya mereka diutamakan. Sebab, mereka yang mengeluarkan banyak uang. Mereka telah berdarah-darah untuk tetap eksis mengikuti kompetisi.
Sebaliknya, PSSI tidak mengeluarkan sepeserpun uang. Untuk menjalankan kompetisi, mereka ditopang sponsor. Uang yang ”disetor” sponsor pun jumlahnya miliaran. PSSI juga mendapatkan uang dari pembelian hak siar televisi.
Untuk itu, PSSI harusnya lebih bijak dalam bersikap. Jangan selalu mengorbankan klub, sponsor, dan offsial patner. Jika terus-menerus seperti itu, sponsor tentu bakal lari. Kalau alasan revisi jadwal kali ini karena pemusatan Timnas, maka PSSI seharusnya memplanning agenda Timnas jauh-jauh hari. Jangan mendadak.
Toh, jadwal pertandingan resmi Timnas selalu sudah dirilis jauh-jauh hari oleh federasi di atas PSSI. Misalnya, jadwal Pra Piala Asia. AFC pasti sudah merilis jadwalnya jauh hari sebelum hari pertandingan. Bahkan, bisa setahun atau dua tahun sebelumnya.
Itu artinya, PSSI sudah semestinya menyusun program Timnas jauh hari. Kalau itu dilakukan, pasti jadwal kompetisi tidak bakal terganggu. Sebab, BLI pasti dalam menyusun jadwal menyesuaikan agenda Timnas. Dan akhirnya, mereka yang seharusnya diistimewakan, tak lagi dikorbankan.
29 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar