20 Oktober 2008
Dua Wajah Gonzalez
Christian Gonzalez. Segores nama yang bagi saya sangat tidak bersahabat bagi penjaga gawang lawan. Striker asal Uruguay tersebut begitu liar untuk urusan mencetak gol. Ibarat mesin gol, Gonzalez tak pernah lelah untuk berusaha menjebol gawang lawan.
Sejak berkiprah di Indonesia lima tahun lalu, tak kurang dari 130 gol telah dilesakkan Gonzalez. Bahkan dalam tiga musim terakhir dia sukses menjadi top scorer di kompetisi Indonesia. Musim ini, di edisi perdana Indonesia Super League (ISL), pria berusia 31 itu berpeluang mengulang torehannya.
Prestasinya semakin lengkap dengan mengantarkan Persik Kediri ke tangga juara Liga Indonesia 2006. Jadi, dari sisi prestasi, Gonzalez merupakan contoh sukses pemain asing di kompetisi Indonesia. ”Saya harus bermain maksimal untuk klub yang menggaji saya. Saya tidak perlu merasa takut kalau harus mendapatkan luka karena tugas di lapangan,’’ katanya.
Karakter pembunuh yang ditunjukkan Gonzalez di atas rumput hijau, ternyata bertolak belakang dengan kesehariannya di luar lapangan. Pemain yang memutuskan masuk Islam sejak lima tahun lalu itu adalah pribadi yang tak banyak omong. Gonzalez adalah sosok yang lembut bagi istri dan empat anaknya.
Sikapnya bersahaja dan tidak banyak tingkah. Ketika senggang, bukan tempat hiburan yang ditujunya. Adalah kamar tidur yang menjadi tempat favorit bagi Gonzalez. Bersama buah hatinya, Gonzalez berbagi kebahagian dengan bercanda gurau di kamar sambil menonton tayangan televisi. ’’Kalaupun dia keluar, paling banter main ke kolam renang bareng anak-anak,’’ tutur Eva Siregar, wanita yang telah merajut bahtera rumah tangga dengan Gonzalez sejak 23 Oktober 2003.
Saking enggannya keluyuran plus besarnya rasa sayang kepada keluarga, Gonzalez pun melakukan kebiasaan yang mungkin tak dibayangkan pecinta bola selama ini. Selama bermain di Persik, Gonzalez hampir tidak pernah menetap di Kediri. Gonzalez selalu berangkat latihan dari rumahnya yang terletak di kawasan Surabaya Barat.
Aktivitas yang tentu membawa konsekuensi yang tidak bisa dibilang ringan. Pemain kelahiran 30 Agustus 1977 itu harus sudah berangkat ke tempat latihan pukul 03.00 WIB. Gonzalez baru kembali menjejakkan kaki di rumah sekitar pukul 21.00 WIB.
Sesampai di rumah, bukan berarti dia langsung berbaring tidur. Gonzalez melakukan rutinitas makan malam bersama keluarga dan baru beristirahat menjelang tengah malam. Jadi, parktis dia hanya tidur malam sekitar tiga jam saja. ”Saya rela melakukan ini semua karena saya tidak ingin berjauhan dengan keluarga,” ujar pemain memiliki nama muslim Mustofa Habibi tersebut..
Lantas, adakah resep khusus bagi Gonzalez bisa tetap fit dan tidak kehilangan konsentrasi dalam bertanding. Meski tiap hari dia melakoni aktivitas yang melelahkan tersebut? ”Yang jelas ketenangan hati yang bersumber dari keluarga. Satu hal lagi, saya selalu meminum teh mate, teh tradisional dari Uruguay,” akunya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar